Sunday, October 12, 2014

Ustadz Wijayanto antara Dugem dan Ketenaran

Banyak kalangan yang mendadak menjadi ustadz tanpa melalui proses atau jalan yang panjang. Banyak juga yang mendadak tenar karena memang mampu menghipnotis jemaah dengan khotbah dan ceramah yang fenomenal. Dampaknya, sang ustadz menjadi terkenal dan (maaf) mendapat bayaran mahal untuk sekali ceramah.

Itulah yang dihindari oleh seorang ustadz Wijayanto. Ia menolak untuk mendapatkan ketenaran. Mengapa? Ustadz Wijayanto bercerita bahwa ia punya seorang guru berkebangsaan India yang tinggal di Pakistan. Seorang Profesor dan Doktor yang luar biasa, ia mau mengobati hatinya dari ego dan merasa dirinya tinggi karena Wijayanto pernah menjumpainya ketika sedang membersihkan kamar mandi dan WC,  padahal ia seorang penasihat Presiden. Ketika ditanya mengapa ia melakukan itu,"itulah untuk mengobati diri, jika Anda sudah di'orang'kan sedemikian rupa sehingga orang menyebut-nyebut prestasi Anda, maka buatlah amalan-amalan yang tidak disukai dan luput dari perhatian orang.

Makanya sampai saat ini ustadz Wijayanto masih memiliki dan memakai motor jelek yang tak akan pernah dijual. Motor ini masih dipakai sampai saat ini, pokoknya motor jelek hahaha. Ia ingin menunjukkan bahwa inilah Wijayanto. Ia malah juga lebih suka naik bajaj jika di Jakarta. Ia menyebutnya dengan Dugem alias Duduk Gemetar (naik bajaj).Ia juga makan di warteg dan menunjukkan kepada umat bahwa ia itu "no body" alias bukan siapa-siapa. Itu lah yang harus ia pertahankan.

Menurut Wijayanto, ketenaran dekat dengan uang atau harta. Dampak dari ketenaran dan uang sungguh luar biasa. Makanya ia mempertahankan profesi-nya sebagai dosen, dengan setengah bercanda ia menyatakan bahwa jika uang nya banyak bisa membuatnya lupa diri dan lebih fatal-nya ia bisa kawin lagi. Ia sudah berjanji kepada istrinya bahwa ia tak akan men-dua-kannya dan tidak akan menyakiti hatinya. Kecuali takdir bicara lain hahahah (bcanda).

Dekat dengan wanita faktanya bukan laki-laki yang menggoda, tapi faktanya banyak wanita yang menggoda (ke bolak balik gitu sih?). Banyak yang menggoda Wijayanto, bahkan istrinya tidak terprovokasi mau diduakan dlsb. Popularitas bagi Wijayanto itu ibarat kura-kura yang bisa terbang.

Al kisah, seekor kura-kura kehausan dan terperangkap di padang tandus. Seekor burung belibis (yang sangat kaya karena mampu beli bis) menolongnya dan memintanya untuk menggigit sepotong kayu. Baru saja sejengkal dari tanah sang belibis mengangkat kura-kura untuk terbang, jatuh lagi, karena sang kura-kura dengan jumawa berteriak "aku bisa terbang", dan Wijayanto tidak ingin ketenaran membuatnya terjerembab bak kura-kura itu.

Ia tak mau jatuh karena harta atau politik. Berapa banyak teman-teman Wijayanto terjun ke politik dan sekarang nginap di Cipinang. Banyak temannya yang sudah kaya tapi sekarang menjadi tersangka.Musdah-mudahan Allah tetap menjaga ustadz Wijayanto seperti saat sekarang ini.

Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment